Permasalahan buang air besar (BAB) tidak pada tempatnya merupakan salah satu masalah kesehatan lingkungan yang sering kita jumpai. Sebagian masyarakat kita masih melakukan BAB disembarang tempat, misal disungai, dibawah pohon bambu, diperkarangan. Dampak dari perilaku yang tidak sehat ini, yang paling sering muncul adalah tingginya angka kejadian diare. Kenyataan ini sungguh sulit diatasi karena faktor penyebabnya cukup kompleks, yaitu menyangkut faktor budaya dan ekonomi. Banyak solusi pernah dilakukan seperti jambanisasi, stimulan jamban dan lain-lain, sampai dibentuknya bengkel sanitasi di desa. Penyelesaian masalah dengan cara tersebut, sebagian dapat mengatasi masalah yang ada, namun permasalahan yang muncul kemudian adalah jaminan keberlangsungan sesorang akan melakukan BAB ditempat yang tepat akan terus dilakukan, karena program hanya mengatasi masalah ekonomi tanpa mempertimbangkan faktor budaya. Padahal merubah budaya/ kebiasaan masyarakat itu jauh kebih rumit dibanding pengadaan sebuah jamban. Beberapa contoh nyata yang terlihat di masyarakat adalah adanya jamban yang sudah dibangun tidak digunakan sehingga kelihatan teta bersih. Sebaliknya ada jamban yang terlihat kotor, penuh kotoran, karena tidak disiram sehingga tidak bisa digunakan lagi. Kenyataan ini muncul karena masyarakat tidak terbiasa menggunakan jamban, lebih enak BAB di perkarangan, di sungai yang tidak perlu menyiram, dan alasan-alasan lain yang menyangkut faktor kebiasaan.
Community Lead Total Sanitation (CLTS) merupakan salah satu program pengembangan kemandirian masyakakat untuk bertindak sesuai pemahaman dan potensi yang dimiliki sendiri. Masyarakat diajak untuk mengerti dan memahami masalahnya dan menyelesaikannya sendiri.
Disamping itu masyarakat digiring untuk memilki rasa malu, apabila melakukan BAB tidak pada tempatnya. Dengan demikian diharapkan mereka akan membangun, memanfaatkan dan memelihara jamban yang dibangunnya sendiri.
Pada tahun 2009 di Petanahan mulai melakukan pendekatan dengan CLTS di beberapa desa. Desa-desa tersebut merupakan desa dengan permasalahan BAB disembarang tempat yang masih tinggi, yaitu desa Kwangunan, Desa Munggu dan Karanggadung. Pada akhir tahun 2009 ke 3 desa tersebut ditargetkan sudah mencapai Open Defication Free (ODF) atau bebas dari buang air besar disembarang tempat.
blognya mantab...
BalasHapusBagus tulisannya, layak sebagai sumber belajar. Terus lanjutkan. Jika ada pertanyaan, silakan tuliskan pertanyaan anda di komentar bawah posting. Silakan kunjungi kami di alamat ini. Salam. Cokroaminoto
BalasHapusForum Web Puskesmas
Bagaimana CLTS-nya? Sudah ODF, ya?
BalasHapus